Danny menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Wah, ternyata kau sudah
bertanya-tanya pada orang lain tentang aku?”
Naomi mendengus, tapi tidak menjawab.
“Kakak perempuanku adalah mantan model yang kini berprofesi sebagai
perancang busana. Kakak laki-lakiku... yah, dia dulu seorang produser acara
televisi.” Danny berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Kalau kau sudah diberitahu
tentang kakakku, kau pasti tahu bahwa beberapa tahun lalu dia mengalami
kecelakaan parah dan sempat koma selama dua bulan sebelum akhirnya meninggal
dunia.”
Naomi melirik Danny sekilas, tetapi tidak berkata apa-apa. Danny hanya duduk
di sana dan menatap kosong ke depan. Karena tidak ingin suasana menyenangkan
ini hancur gara-gara kenangan yang tidak menyenangkan, Naomi mengalihkan
pembicaraan. “Aku dan adikku adalah saudara kembar.”
Mata Danny melebar kaget. “Kembar? Astaga...”
“Kenapa?”
“Aku tidak bisa membayangkan ada orang lain yang sama persis denganmu,”
gumam Danny. “Apakah wajah kalian sangat mirip?”
Naomi mengangguk.
“Dia juga model?”
Naomi menggeleng. “Dia bekerja di perpustakaan di Tokyo.”
“Oh.” Danny sambil mengangguk-angguk. “Dia juga galak sepertimu?”
Kali ini Naomi menoleh ke arahnya dengan alis berkerut. “Aku tidak galak.”
“Baiklah, baiklah. Kau tidak galak,” sela Danny cepat, lalu mengangkat bahu,
“hanya sedikit... yah, menakutkan.”
Melihat Danny tersenyum lebar, Naomi memalingkan wajah dan tertawa.
Danny mengamatinya dengan tatapan merenung, lalu ia berkata, “Siapa yang
menyangka untuk melihatmu tertawa aku hanya perlu membelikan fish and chips
dan mengajakmu ke taman?”
Naomi kembali menatap Danny dan selama dua detik mereka hanya
bertatapan. Sebelum Naomi sempat membuka mulut untuk mengatakan sesuatu—
bukannya ia ingin mengatakan sesuatu, karena otaknya mendadak kosong dan
suaranya juga terbang entah ke mana—ia mendengar seseorang menyerukan
namanya.
“Hei, Naomi!”
Naomi menyeret tatapannya dari mata Danny Jo dan menoleh. Ternyata yang
memanggilnya adalah Julie, dan gadis itu sudah berdiri di samping Naomi. “Oh,
Julie.”
“Kebetulan sekali bertemu di sini,” kata Julie dengan mata bersinar-sinar
gembira. Ia menunjuk ke balik bahunya dengan ibu jari. “Aku baru selesai
mengikuti audisi dan aku akan pergi makan siang bersama teman-temanku.”
Naomi memandang melewati bahu Julie dan melihat lima teman Julie
menunggu agak jauh dari sana.
“Kau sudah makan? Kalau belum, ikut saja dengan kami,” kata Julie. Lalu
matanya beralih kepada Danny yang duduk di samping Naomi. “Tentu saja
temanmu juga harus ikut.”
Tidak salah lagi. Naomi mengenali kilatan penuh minat di mata hijau Julie.
Temannya itu pasti heran melihat Naomi duduk-duduk di taman bersama seorang
laki-laki. Tadi pagi Chris berkata bahwa ia belum pernah melihat Naomi bersama
laki-laki mana pun. Sudah pasti Julie juga belum pernah melihatnya. Dan Naomi
yakin Julie akan menceritakan kejadian luar biasa ini kepada Chris kalau ia pulang
nanti.
Tiba-tiba Naomi merasakan cubitan di lengannya. Ia meringis dan melotot
menatap Julie. Yang ditatap hanya tersenyum manis kepadanya, lalu kembali
menatap Danny. Maksudnya sangat jelas. Naomi mendesah dalam hati, lalu berkata
patuh, “Julie, ini... Danny.” Lalu ia menoleh ke arah Danny. “Ini Julie, teman satu
flatku.”
Julie menampilkan senyum panggungnya yang paling cerah sementara Danny
berdiri dan mengulurkan tangan. “Senang sekali berkenalan denganmu,” kata Julie
sambil menjabat tangan Danny. “Aku tidak tahu Naomi punya teman—aduh!” Ia
melotot kepada Naomi yang mencubitnya, lalu kembali memasang senyum
cerahnya kepada Danny. “Jadi, kalian mau ikut makan siang bersama kami?”
Naomi melihat Danny Jo juga menyunggingkan senyumnya, yang pastilah
menjadikannya model paling diminati di Korea seperti yang dikatakan Yoon.
“Terima kasih atas tawaranmu, tapi kami baru saja makan.”
“Oh, begitu,” gumam Julie sambil menatap Naomi dengan tatapan penuh arti.
“Kalau begitu, Naomi, sampai bertemu di rumah nanti.” Lalu ia menoleh kepada
Danny. “Dan sampai jumpa, danny. Sekali lagi, senang berkenalan denganmu.”
Setelah Julie kembali kepada teman-temannya dan menghilang dari pandangan,
Danny berkata, “Temanmu sepertinya menyenangkan.”
Naomi mengangkat bahu. “Jangan tertipu dengan senyumnya. Kadang-kadang
dia bisa menyulitkan.”
“Lebih menyulitkan darimu?”
Naomi meliriknya, lalu tersenyum samar. “Ngomong-ngomong, kurasa sudah
waktunya kita pergi.”
Danny menatap jam tangannya sekilas. “Benar juga. Sebentar lagi Hyong pasti
kalang kabut kalau kita belum muncul.”
Naomi bangkit dan memandang berkeliling untuk yang terakhir kalinya. “Aku
harus datang ke sini lagi lain kali,” gumamnya.
“Kalau kau butuh teman, kau boleh mengajakku,” kata Danny.
Naomi menatapnya.
 
Danny menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Wah, ternyata kau sudahbertanya-tanya pada orang lain tentang aku?”Naomi mendengus, tapi tidak menjawab.“Kakak perempuanku adalah mantan model yang kini berprofesi sebagaiperancang busana. Kakak laki-lakiku... yah, dia dulu seorang produser acaratelevisi.” Danny berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Kalau kau sudah diberitahutentang kakakku, kau pasti tahu bahwa beberapa tahun lalu dia mengalamikecelakaan parah dan sempat koma selama dua bulan sebelum akhirnya meninggaldunia.”Naomi melirik Danny sekilas, tetapi tidak berkata apa-apa. Danny hanya dudukdi sana dan menatap kosong ke depan. Karena tidak ingin suasana menyenangkanini hancur gara-gara kenangan yang tidak menyenangkan, Naomi mengalihkanpembicaraan. “Aku dan adikku adalah saudara kembar.”Mata Danny melebar kaget. “Kembar? Astaga...”“Kenapa?”“Aku tidak bisa membayangkan ada orang lain yang sama persis denganmu,”gumam Danny. “Apakah wajah kalian sangat mirip?”Naomi mengangguk.“Dia juga model?”Naomi menggeleng. “Dia bekerja di perpustakaan di Tokyo.”“Oh.” Danny sambil mengangguk-angguk. “Dia juga galak sepertimu?”Kali ini Naomi menoleh ke arahnya dengan alis berkerut. “Aku tidak galak.”“Baiklah, baiklah. Kau tidak galak,” sela Danny cepat, lalu mengangkat bahu,“hanya sedikit... yah, menakutkan.”Melihat Danny tersenyum lebar, Naomi memalingkan wajah dan tertawa.Danny mengamatinya dengan tatapan merenung, lalu ia berkata, “Siapa yangmenyangka untuk melihatmu tertawa aku hanya perlu membelikan fish and chipsdan mengajakmu ke taman?”Naomi kembali menatap Danny dan selama dua detik mereka hanyabertatapan. Sebelum Naomi sempat membuka mulut untuk mengatakan sesuatu—bukannya ia ingin mengatakan sesuatu, karena otaknya mendadak kosong dansuaranya juga terbang entah ke mana—ia mendengar seseorang menyerukannamanya.“Hei, Naomi!”Naomi menyeret tatapannya dari mata Danny Jo dan menoleh. Ternyata yangmemanggilnya adalah Julie, dan gadis itu sudah berdiri di samping Naomi. “Oh,Julie.”“Kebetulan sekali bertemu di sini,” kata Julie dengan mata bersinar-sinargembira. Ia menunjuk ke balik bahunya dengan ibu jari. “Aku baru selesaimengikuti audisi dan aku akan pergi makan siang bersama teman-temanku.”Naomi memandang melewati bahu Julie dan melihat lima teman Juliemenunggu agak jauh dari sana.“Kau sudah makan? Kalau belum, ikut saja dengan kami,” kata Julie. Lalumatanya beralih kepada Danny yang duduk di samping Naomi. “Tentu sajatemanmu juga harus ikut.”Tidak salah lagi. Naomi mengenali kilatan penuh minat di mata hijau Julie.Temannya itu pasti heran melihat Naomi duduk-duduk di taman bersama seoranglaki-laki. Tadi pagi Chris berkata bahwa ia belum pernah melihat Naomi bersamalaki-laki mana pun. Sudah pasti Julie juga belum pernah melihatnya. Dan Naomiyakin Julie akan menceritakan kejadian luar biasa ini kepada Chris kalau ia pulangnanti.Tiba-tiba Naomi merasakan cubitan di lengannya. Ia meringis dan melototmenatap Julie. Yang ditatap hanya tersenyum manis kepadanya, lalu kembalimenatap Danny. Maksudnya sangat jelas. Naomi mendesah dalam hati, lalu berkatapatuh, “Julie, ini... Danny.” Lalu ia menoleh ke arah Danny. “Ini Julie, teman satuflatku.”Julie menampilkan senyum panggungnya yang paling cerah sementara Dannyberdiri dan mengulurkan tangan. “Senang sekali berkenalan denganmu,” kata Juliesambil menjabat tangan Danny. “Aku tidak tahu Naomi punya teman—aduh!” Iamelotot kepada Naomi yang mencubitnya, lalu kembali memasang senyumcerahnya kepada Danny. “Jadi, kalian mau ikut makan siang bersama kami?”Naomi melihat Danny Jo juga menyunggingkan senyumnya, yang pastilahmenjadikannya model paling diminati di Korea seperti yang dikatakan Yoon.“Terima kasih atas tawaranmu, tapi kami baru saja makan.”“Oh, begitu,” gumam Julie sambil menatap Naomi dengan tatapan penuh arti.“Kalau begitu, Naomi, sampai bertemu di rumah nanti.” Lalu ia menoleh kepadaDanny. “Dan sampai jumpa, danny. Sekali lagi, senang berkenalan denganmu.”Setelah Julie kembali kepada teman-temannya dan menghilang dari pandangan,Danny berkata, “Temanmu sepertinya menyenangkan.”Naomi mengangkat bahu. “Jangan tertipu dengan senyumnya. Kadang-kadangdia bisa menyulitkan.”“Lebih menyulitkan darimu?”Naomi meliriknya, lalu tersenyum samar. “Ngomong-ngomong, kurasa sudahwaktunya kita pergi.”Danny menatap jam tangannya sekilas. “Benar juga. Sebentar lagi Hyong pastikalang kabut kalau kita belum muncul.”Naomi bangkit dan memandang berkeliling untuk yang terakhir kalinya. “Akuharus datang ke sini lagi lain kali,” gumamnya.“Kalau kau butuh teman, kau boleh mengajakku,” kata Danny.Naomi menatapnya.
ترجمه، لطفا صبر کنید ..
